Sabtu, 25 September 2010

Tugas agama

2. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Mukti Ali berpendapat bahwa ada tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam menanggapi statemen “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata agama.”. Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang ketiga konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.

3.Perbedaan lainnya lagi antara agama samawi dan agama ardhi adalah bahwa tiap agama samawi memiliki kitab suci yang turun dari langit. Kitab suci itu datang langsung dari tuhan, bukan hasil ciptaan manusia.

Diturunkan lewat malaikat Jibril alaihissalam, kepada para nabi. Lalu para nabi mengajarkan isi wahyu itu kepada umatnya. Jadilah kumpulan wahyu itu sebagai kitab suci. Itu adalah proses turunnya Al-Quran. Atau bisa jadi Allah SWT menurunkan kitab itu sekaligus dalam satu penurunan, seperti yang terjadi para kitab-kitab suci yang turun kepada Bani Israil.

Sedangkan agama ardhi seperti Hindu, Budha, Konghucu, Shinto, dan lainnya, meski juga punya kitab yang dianggap suci, namun bukan wayhu yang turun dari langit. Kitab yang mereka anggap suci itu hanyalah karangan dari para pendeta, rahib, atau pun pendiri agama itu. Bukan wayhu, bukan firman, bukan kalamullah, bukan perkataan tuhan.

Dari sisi isi materi, umumnya kitab suci agama samawi berisi aturan dan hukum. Kitab-kitab itu bicara tentang hukum halal dan haram. Adapun kitab suci agama ardhi umumnya lebih banyak bicara tentang pujian, kidung, nyanyian, penyembahan
Adapun perbedaan agama langit dan ciri agama”Budaya” ada 6, yaitu sebagai berikut:
=================================================================
No. ! Agama Samawi ! Agama Budaya
——————————————————————————————————————
1. ! Disiarkan oleh nabi atau rasul dari Allah ! Tidak mempunyai nabi atau rasul
2. ! Berpedoman kitab suci wahyu dari Allah ! Tidak mempunyai kitab dari Allah
3 ! Sistem kehidupan mengikuti aturan Allah ! Sistem kehidupan diatur oleh akal
4 ! Manusia tidak dapat mengubah agama ! Agama ditetapkan oleh manusia
5 ! Agama tidak luntur karena kritik akal ! Agama berubah sebab kritik akal
6 ! Konsep agama serba monoteistis ! Konsep agama bersifat politeistis—–
(i) Agama Budaya mempunyai 6 ciri-ciri, yaitu:
1. Asal agama tidak melalui nabi atau rasul utusan Tuhan;
2.Tidak mempunyai kitab suci yang dibawa oleh nabi atau rasul utusan Tuhan;
3.Sistem merasa dan berpikir masyarakatnya sangat terikat oleh sistem seluruh kehidupan;
4.Agama budaya sewaktu-waktu berubah karena perubahan mentalitas masyarakat penganutnya;
5.Ajaran agama budaya tidak kuat bertahan atas kritik oleh akal;
6.Konsep ketuhanan cenderung serba politeistis banyak tuhan.
Perbedaan lainnya lagi antara agama samawi dan agama ardhi adalah bahwa tiap agama samawi memiliki kitab suci yang turun dari langit. Kitab suci itu datang langsung dari tuhan, bukan hasil ciptaan manusia.

Diturunkan lewat malaikat Jibril alaihissalam, kepada para nabi. Lalu para nabi mengajarkan isi wahyu itu kepada umatnya. Jadilah kumpulan wahyu itu sebagai kitab suci. Itu adalah proses turunnya Al-Quran. Atau bisa jadi Allah SWT menurunkan kitab itu sekaligus dalam satu penurunan, seperti yang terjadi para kitab-kitab suci yang turun kepada Bani Israil.

Sedangkan agama ardhi seperti Hindu, Budha, Konghucu, Shinto, dan lainnya, meski juga punya kitab yang dianggap suci, namun bukan wayhu yang turun dari langit. Kitab yang mereka anggap suci itu hanyalah karangan dari para pendeta, rahib, atau pun pendiri agama itu. Bukan wayhu, bukan firman, bukan kalamullah, bukan perkataan tuhan.

Dari sisi isi materi, umumnya kitab suci agama samawi berisi aturan dan hukum. Kitab-kitab itu bicara tentang hukum halal dan haram. Adapun kitab suci agama ardhi umumnya lebih banyak bicara tentang pujian, kidung, nyanyian, penyembahan
4. Manusia adalah makluk yang memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Keistemawaan tersebut berwujud fitrah untuk mengenal hakikat dan mengetahui realitas. Kata fithrah dijelaskan sebagai (baca; kecenderungan alamiah kepada) keyakinan tauhid. Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an surat ar-Ruum ayat 30
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Ayat tersebut di atas, hendak menjelaskan kepada kita apa itu fitrah. Secara eksplisit ayat tersebut menjelaskan “fitrah sebagai agama”, yakni jalan lurus yang menghantarkan manusia kepada tauhid atau penyaksian kepada Ketunggalan. Dalam hal ini, fitrah adalah sesuatu yang universal bagi manusia. Tidak ada satu pun manusia yang dapat menyangkalnya. Ia tidak hanya terbatas pada keyakinan akan ke-Esa-an Tuhan, melainkan juga mencakup seluruh ajaran dan prinsip yang benar. Kalau benar fitrah itu bersifat universal bagi manusia, lantas mengapa masih saja kita temukan orang yang mengaku tidak bertuhan ataupun beragama?

Fitrah adalah keswasenyataan yang paling jelas, karena tidak ada satu permasalahan pun yang melebihi kejelasannya. Tidak seorang pun mengingkarai hal ini. Oleh karenanya fitrah adalah salah satu yang paling jelas dan paling nyata dari sekian banyak prinsip yang pasti benarnya. Dalam ayat yang sama tersebut di atas menjelaskan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya
Dalam sebuah hadist populer (ahl ul-bait) mengatakan; “Setiap anak dilahir-kan dalam keadaan fitrah.” Ia lebih dikenal dengan kuriositas (rasa ingin tahu). Rasa keingintahuan manusia mampu mendorong manusia untuk mencari agama yang benar dan memikirkan berbagai persoalan yang esensial dalam hidupnya.

Di samping itu, rasa ingin tahu manusia untuk mengetahui berbagai hakikat adalah rasa ingin memenuhi berbagai kebutuhan yang ada hubungannya dengan satu atau beberapa fitrah selain fitrah rasa ingin tahu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan (baca: fitrah akan kesempurnaan), manusia memerlukan beragam teori atau pengetahuan tertentu untuk menggapainya. Dan bila agama bisa dijadikan ‘alat pemuas’ akan kebutuhan manusia atau terdapat kekayaan terpendam di dalamnya, tentu saja manusia akan berbondong-bondong menuju agama.

Sebut saja teori gambling Pascal. Dalam upayanya menjelaskan kepada orang-orang ateistik tentang kebertuhanan dan keberagamaannya, ia berargumentasi setidaknya demikian; “Anda harus bertaruh apakah agama—dalam hal ini jelas, Kristen—benar atau salah, meskipun ‘menurut akal, anda tidak dapat mempertahankan proposisi-proposisi semacam itu.” Anda pun menerima tantangan dan menetapkan pilihan. “Mari kita timbang untung rugi dalam taruhan tentang Tuhan,” kata Pascal. “Mari kita perhitungkan kedua peluang itu. Jika Anda menang, Anda medapat segalanya; jika Anda kalah, tidak akan kehilangan apa-apa.”

Menurut M.T Misbah yazdi, sebagian ahli psikologi bahwa beragama dan beribadah kepada Allah itu sebenarnya satu kecenderungan fitrah tersendiri, yang basisnya disebut sebagai rasa beragama, mereka menempatkan rasa beragama sebagai naluri keempat manusia, disamping naluri rasa ingin tahu (kuriostika), rasa ingin berbuat baik (etika), dan rasa ingin keindahan (estetika). Para sejarawan dan arkeolog menemukan fakta bahwa rasa beragama dan beribadah Allah adalah fenomena yang merata dan umum pada setiap generasi manusia sepanjang sejarah. Fenomena ini adalah salah satu bukti kuat bahwa religiusitas adalah fitrah yang bersifat universal.

Maka tidak salah, dari fenomena religiusitas setiap peradaban, melahirkan sebuah istilah umum, “Agama adalah jantung peradaban.” Setiap peradaban mempunyai pandangan dunia holistik, dimana dimensi metafisik, filosofis dan teologis termasuk di dalamnya.

5.islam adalah pedoman hidup dan bukan sekedar agama. Islam tidak hanya berurusan dengan ibadah ritual, tapi juga terkait erat dengan kehidupan sosial. Ajarannya yang menyeluruh ini yang menegaskan bahwa Islam bukan sekedar agama yang terpisah dari urusan duniawi. Bila seseorang mengikuti ajaran, maka orang itu memiliki kesempatan untuk mempraktekan apa yang ia pelajari di dalam Masjid dan di tengah-tengah masyarakat.

Islam mengajarkan banyak hal tentang aturan dan tata cara beribadah kepada Allah SWT. Hal ini menjadi penting karena ibadah pada dasarnya ibadah bersifat haram kecuali memang benar-benar diperintahkan oleh Allah dan menjadi sunnah Rasullullah SAW. Islam juga mengajarkan banyak hal tentang hidup bermasyarakat karena pada dasarnya segala sesuatunya dalam hidup bermasyarakat adalah halal kecuali yang dilarang oleh Allah SWT maupun dilarang oleh Rasulullah SAW.

Sungguh sangat disayangkan bila pedoman hidup itu diikuti tanpa keyakinan yang kuat akan kebenarannya. Atas alasan ini saya tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa setiap Muslim (orang yang memeluk Islam) perlu menegaskan kembali keyakinan mereka akan kebenaran Islam.

Penegasan kembali itu dapat dimulai dengan pertanyaan "Kenapa saya memilih Islam?" Untuk selanjutnya kita sendiri harus menjawab pertanyaan ini sesuai dengan keyakinan kita apa adanya. Sebagian orang mungkin menjawab pertanyaan itu dengan "Karena kakek, nenek, ayah, ibu, om, tante, abang, kakak, dan semua keluarga yang saya kenal memeluk Islam."

Sebagian lain mungkin telah mendapatkan kesempatan untuk melihat mukjizat yang membuat mereka yakin bahwa Allah itu ada. Sebagian lain mungkin menegaskan bahwa pilihan mereka pada Islam adalah karena karunia Allah itu sendiri. Sebagian lain mungkin akan memberikan alasan yang jauh berbeda dibanding contoh-contoh tersebut.

0 komentar: